Sergai–Intarta.com | Suasana di Komplek Perumahan Dusun III, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, mendadak ricuh pada Senin pagi, (15/9/2025). Belasan relawan perempuan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Sukajadi beramai-ramai mendatangi rumah seorang wartawan sekaligus pimpinan media online berinisial ZH.
Mereka memprotes unggahan akun TikTok Sinar Sergai yang dikelola ZH. Konten tersebut dianggap merugikan program makan bergizi gratis yang selama ini mereka jalankan.
Sejumlah ibu-ibu bahkan melontarkan desakan agar unggahan segera dihapus.
“Kalau SPPG sampai berhenti, kami akan datang setiap hari ke sini minta makan sama bapak. Gaji kami pun kami tagih ke bapak,” teriak salah seorang relawan di depan rumah ZH.
Aksi yang berlangsung kurang lebih satu jam itu sempat memanas. Massa menuduh ZH memanfaatkan isu limbah untuk mencari perhatian dan keuntungan di media sosial, baik TikTok maupun Facebook.
Meski begitu, ketegangan tidak sampai berujung bentrokan fisik dan berhasil dikendalikan oleh masyarakat setempat.
Dikonfirmasi secara terpisah, ZH membantah tudingan itu. Ia menegaskan konten yang diunggah merupakan bagian dari kerja jurnalistik.
“Yang saya angkat adalah keresahan petani terkait aliran limbah ke irigasi. Itu sesuai dengan UU Pers. Kalau ada yang menilai berita itu hoaks, silakan tempuh jalur hukum, jangan memaksa menghapus akun media sosial,” katanya kepada wartawan lewat telpon WhatsApp.
Untuk meredam polemik, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sergai, Hadi, menjelaskan bahwa hasil uji laboratorium terbaru menunjukkan limbah yang dipermasalahkan masih dalam ambang batas aman.
“Hasil lab menyatakan kandungan limbah berada di bawah baku mutu. Itu limbah rumah tangga, bukan limbah berbahaya,” tegasnya.
Di lapangan, petani justru merasa isu yang berkembang tidak sesuai kenyataan. Irwansyah, petani dari Kelompok Tani Suka Mulya, mengaku sawahnya yang berada di sekitar saluran limbah tetap produktif.
“Panen padi tetap bagus. Per rante bisa dapat 3,5 goni. Jadi tidak ada pengaruh dari limbah yang disebut-sebut itu,” ujarnya.
Meski begitu, Irwansyah dan petani lain tetap berharap pemerintah memberi perhatian serius pada perbaikan saluran irigasi. Saat ini sebagian besar lahan di Dusun III masih mengandalkan tadah hujan dan pompa air, yang kerap menyulitkan di musim kemarau.
Polemik pun belum benar-benar usai. Namun dari insiden ini, satu hal jelas: benturan antara kebebasan pers dan kepentingan masyarakat kembali mengemuka di tengah program sosial yang sesungguhnya ditujukan untuk kebaikan bersama.(DH)












